Kamis, 18 Juli 2013

Terima Kasih

Cibeber, 02 Maret 2013


Mak, Bapak…
Bilakah kalian berbahagia melaluiku maka sesungguhnya itu yang kuharapkan sejak masih dalam buaian.
Aku menjerit, ingin kalian mengerti
Aku menangis, ingin kalian pahami
Aku diam, ingin kalian percayai
Salahku belum tahu cara lain untuk meraihnya.
Terima kasih Mak,
Engkau ajari aku ketegaran dengan pura-puramu
Binar matamu yang berpadu air derita tak pernah kulupa
Segala tentang kuatmu tersimpan dalam ruang batin.
Terima kasih Bapak,
Engkau latih aku ketahanan dengan diammu
Jenaka dan misterimu mengalir dalam darahku
Semua yang kurasa tentangmu terpelihara dalam ingatan bawah sadar.
Mak, Bapak…
Tak henti ku cari cara bagaimana menyayangi kalian dengan benar
Bagaimana mencintai kalian dengan benar?!

PUSH YOUR PASSION



Cianjur, 21 Jan 13

Sejak pulang seminar pada sabtu pagi, aku ingin menuliskan banyak hal tentang “PASSION”. Namun, terendapkan sampai senin malam ini baru bisa menengok layar computer lagi.

Bukan karena kesibukkan. Toh bisa saja aku mengganti waktu tidurku dengan menulis. Tapi ini karena penyakitku yang suka “menghubung-hubungkan”.

Betapa aku bahagia dapat mengikuti seminar bertema Passion Of Life dengan Kang Hikmat Kurnia yang ternyata adalah penerbit buku sekaligus penulis.

Sabtu sore, aku suntik forum lingkar pena cianjur dengan sedikit kata-kata yang aku suka dari seminar tadi. “Hidup tidak menarik ketika tidak dipertaruhkan.”

Aku tahu, teman-teman datang ke pekanan bukan tanpa pengorbanan. Selain waktu, tenaga juga uang. Kasarnya, terlalu mahal! toh jaman sekarang meraup ilmu bisa via online, geratis, praktis, dan masih banyak kelebihan lainnya. Nah ini, ujan-ujanan juga tetap saja datang. Kenapa?

Karena inilah Passion!

Jadi, malam itu aku tidak menuliskan apapun. Dalam otakku, ingin fokus menulis betapa bahagia aku, atas pendalaman makna passion hari itu dan betapa bahagiaku bersama flp. Karena “betapa bahagia” inilah, kata-kata berhamburan dan terlalu liar untukku tuang ke dalam tulisan. Sungguh tidak sabaran mesin kata ini berproduksi, pikirku. Akhirnya, aku memilih tidur saja.

Ahad pagi, usai pesta nyuci bersama teman seatap, aku pergi ke RBA Ciranjang.
Hm… banyak hal yang tanpa harus banyak dibicarakan tapi KERJAKAN! Dan pulang dari sana aku membawa dua buku baru karya Anny Djati.

Siang ini baru kubuka bukunya yang berjudul Biar Tua Tapi Bahagia. Isinya tentang motivasi meraih kebahagiaan di hari tua, misalnya bagi mereka yang sudah berusia 50thn ke atas. Lho? Aku kan baru 23 jalan. Biarlah, aku memang mencari kebahagiaan orang tua sejak lama. Aku baca buku ini untuk Mak dan Bapak, pikirku, tapi ternyata, BUKAN untuk mereka saja. Sebenarnya, inilah yang kucari, bagaimana mengetahui apa yang dapat membahagiakan orang tuaku? Aku menemukannya melalui buku ini dan lagi-lagi ini soal PASSION.

Jadi, bagaimana aku dapat menguraikan apa itu passion?

Dalam otakku terlalu banyak hal yang terhubung dengan kata passion. Dan ini bukan sekali atau dua kali. Penyakitku yang selalu menghubung-hubungkan sedang kambuh. Sehingga tidak bisa mencernanya secara sederhana dan hanya mampu dipahami oleh diri sendiri.

Mungkin karena itulah orang-orang menuduh aku terlalu berpikir sulit, bahkan mereka yang peduli sering mengingatkan aku untuk lebih banyak bertindak daripada bermain dalam pikiran. Aku sedih mendengarnya. Dan hari ini aku merasa telah menemukan jawabannya. AKU MENIKMATI PENYAKITKU dan tidak perlu merasa bersalah karenanya. Aku sangat bahagia ketika sedang berpikir dan menghubungkan segala hal sebagai analogi. Ini passionku. Aku hanya belum tahu bagaimana menjadikan semua ini berwujud karya? Aku pikir, aku butuh tawakal.

Hal ini pula yang aku sadari terhadap Mak dan Bapak.

Ketika orang-orang menuduh mereka menderita karena harus tetap bekerja di usia senja tambah lagi dititipi dua cucu dari kakak. Apakah mereka benar-benar menderita?
Aku tahu sebenarnya mereka bahagia dengan kegiatannya dan segala yang mereka korbankan untuk orang-orag terkasihnya. Tapi mereka tidak mengakuinya karena lebih mendengarkan suara dari luar bukan innervoicenya.

Lalu darimana aku tahu mereka bahagia?

Karena aku adalah putri bungsu yang menjadi korban ketidakjujuran mereka!
Dibuat bingung dan serba salah. Bahkan sempat merasa asing dan tidak ingin pulang. Hanya menangis di perantauan. Sendirian.

Seperti aku menikmati penyakitku, kasarnya mereka juga menikmati penderitaan mereka. Dan di dasar hati ini, tentu itu bukanlah penyakit juga bukan penderitaan tapi kebahagiaan.

“Mak jeung Bapak mah bungah mun hirup maraneh ge bungah! Tah lamun, kahirupan maraneh rungsing keneh ka kolot oge malah leuwih rungsing!”

Aku simpulkan, aku harus bahagia meski harus tega. Dan inilah pencarian makna kebahagiaan yang kemudian aku temukan pada istilah lain yaitu PASSION.
Passion sangat relative dan terkesan gila. Karena tidak semua orang dapat memahaminya! 

Oh, betapa bahaya passion bila tidak terarahkan sejak dini.